Senin, 20 Oktober 2014

Bahasa Penghuni Neraka & Sorga

       Pernyataan Bahasa penghuni neraka adalah Bahasa india, penghuni mahsyar Bahasa suryani Bahasa penghuni sorga adalah Bahasa arab , pernyataan ini bukanlah pernyataan saya (penulis Ibnu suni) yang tidak berdasar , pernyataan saya dapatkan didalam kitab “busatanul ‘arifin” yang dikarang oleh pengarang kitab “Tanbihul Ghofilin yaitu Al-Imam Al-Faqih , Al-Muhadits , Az-Zahid , Abul Laits Nashir bin Muhammad bin Ibrohim As-Samarqandi Al hanfi,berikut ini saya akan menuliskan kata beliau sebagai berikut :
وقال الزهر : كلام أهل الجنة العربية و كلام أهل النار الهندية
وقال سفيان : بلغنا أن الناس يتكلمون يوم القيامة قبل أن يدخلوا الجنة بالسريانية فإذا دخلوا الجنة تكلموا بالعربية
Artinya : Imam Zuhri berkata bahasa yang digunakan oleh penghuni surga adalah Bahasa arab dan bahasa yang digunakan oleh penghuni surga adalah Bahasa India.Dan Sufian At-tsauri berkata : Telah sampai kapada kami bahwa nanti dihari qiamat sebelum mereka masuk sorga  orang –orang dipadang mahsyar (penghuni mahsyar) menggunkan Bahasa suryani,nah ketika mereka masuk sorga berulah berubah mereka menggunakan Bahasa arab .(Bustanul'Arifin)

Keterangan :

Pada tulisan diatas terdapat beberapa masalah yang rasanya perlu kita bahas , diantaranya :
1.Imam Zuhri , nama asli beliau adalah : Muhammad bin Muslim bin Abdillah bin Syihab bin Abdillah bin Al-Harits bin Zuhrah bin Kitab bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib.Dia adalah seorang Imam yang luas ilmunya, al-Hafizh di zamannya, Abu Bakar  Al-Qurasy Az-Zuhri  al-Madani. Dia bertempat tinggal di Syam.Beliau lahir pada tahun 51 hijriyah wafat pada tahun 124 hijriyah jadi umurnya 73 tahun , belaiu seorang ulama tabi’in.

     Untuk lebih meyakinkan kita tentang periwayatan kata – kata diatas silahkan kita baca selanjutnya sanjungan ulama mengenai beliau (imam zuhri rahimahulloh) sbb :
“Senjungan Para Ulama terhadapnya : dari Amr bin Dinar, dia berkata, “Aku belum pernah melihat seorang pun yang lebih mendalami ilmu hadits dari Ibnu Syihab.
Umar bin Abdul Aziz bertanya, “apakah kalian mau menemui Ibnu Syihab (Imam Az-Zuhri)?” mereka menjawab, “Kami akan melakukannya.” Dia berkata, “Temuilah dia, karena sesungguhnya tidak ada yang tersisa saat ini  orang yang lebih tahu tentang sunnah Rasulullah Saw daripadanya.”
Dari Ad-Darawardi dia berkata, “sesungguhnya orang yang pertama kali menyusun dan membukukan ilmu pengetahuan adalah Ibnu Syihab (Imam Az-Zuhri).
Dari Ahmad bin Hambal, dia berkata, “az-Zuhri adalah orang yang paling kompeten dalam hadits dan yang paling baik sanadnya.” 

“Disini saya yang dhoif ini menyatakan bahwa kedekatan beliau dengan zaman shohabat dan sanjungan ulama mengenai kealiman beliau sudah cukup bagi kita untuk mempercayai pernyataanya diatas walaupun kata-kata diatas diatas bukanlah hadits”

2.Kata –kata hindia disini ada 2 pembahasan :
a.didalam salah satu naskah yang naskah itu memang kurang tulisannya dinaskah itu tidak sempurna hanya tertulis seperti ini : 
وقال الزهر : كلام أهل الجنة العربية
Artinya : Imam Zuhri berkata bahasa yang digunakan oleh penghuni surga adalah Bahasa arab  
kata ‘HINDIA” dinasakah itu tidak tertulis , nampaknya naskah itu karangan orang india .
b.Bahasa India disini bukanlah Bahasa urdu tapi Bahasa india asli , Bahasa ini merupakan kembaran bahasa urdu , bahasa ini merupakan salah satu bahasa dengan jumlah penutur terbanyak di dunia setelah bahasa Tionghoa dan bahasa Inggris menuru salah satu sumber  , wallohu’lam

3. “Sufyan Ats-Tsauri tidak diragukan lagi belia adalah pemimpin ulama-ulama Islam dan gurunya. Sufyan rahimahullah adalah seorang yang mempunyai kemuliaan, sehingga dia tidak butuh dengan pujian. Selain itu Ats-Tsauri juga seorang yang bisa dipercaya, mempunyai hafalan yang kuat, berilmu luas, wara’ dan zuhud”, demikian kata Al-Hafidz Abu Bakar Al-Khatib rahimahullah. 
Nama lengkapnya adalah: Sufyan bin Said bin Masruq bin Rafi’ bin Abdillah bin Muhabah bin Abi Abdillah bin Manqad bin Nashr bin Al-Harits bin Tsa’labah bin Amir bin Mulkan bin Tsur bin Abdumanat Adda bin Thabikhah bin Ilyas. 
Kelahirannya: Para ahli sejarah sepakat bahwa beliau lahir pada tahun 77 H. ayahnya adalah seorang ahli hadits ternama, yaitu Said bin Masruq Ats-Tsauri. Ayahnya adalah teman Asy-Sya’bi dan Khaitsamah bin Abdirrahman. Keduanya termasuk para perawi Kufah yang dapat dipercaya. Mereka adalah termasuk generasi Tabi’in. 
Tempat kelahirannya: beliau rahimahullah dilahirkan di Kufah pada masa khalifah Sulaiman bin Abdul Malik. Dan beliau keluar dari Kufah tahun 155 H dan tidak pernah kembali lagi. 
Sanjungan Para Ulama Terhadapnya 
Diantara pujian para ulama terhadap beliau adalah: 
a.Waqi’ berkata : “ Sufyan adalah bagaikan lautan”. 
b.Sedang Al-Auza’I juga mengatakan, “Tidak ada orang yang bisa membuat ummat merasa ridha dalam kebenaran kecuali Sufyan.” 
c.Sufyan bin ‘Uyainah juga telah berkata, “Aku tidak melihat ada orang yang lebih utama dari Sufyan, sedang dia sendiri tidak merasa bahwa dirinya adalah orang yang paling utama. ”
“Dari cerita atau biaografi singkat Imam Sufian Tsauriy dapatlah kita ambi kesimpulan bahwa komentar saya separti komentar saya mengenai imam zuhri rahimahulloh”

4.Menuru ilmu usul hadits ,Jika ada pola kata “BALAGHNA “ yang berarti “telah sampai kepada kami” maka hukum bagi riwayat itu adalah “mungqothi = terputus dengan kata lain riwayatnya lemah / dhoif karena syaarat syarat kesohihannya tidak ada .

5. Bahasa suryani menurut salah satu sumber secara luas definisi bahasa Suryani ialah semua bahasa Aram Timur yang dipertuturkan oleh bermacam-macam komunitas Kristen di Timur Tengah. Penutur Bahasa Suryani saat ini tinggal sekitar tiga juta orang. Mereka tinggal di Suriah, Iran, Irak, Libanon, Turki. Juga menjadi imigran oleh karena genosida dan penganiayaan, dan sekarang ini mereka tinggal di USA, Amerika Latin, Australia dan Eropa .

6.Kata kata diatas  bukanlah berasal dari kitab tanbihul ghofilin tap berasal dari kitab “ Bustanul’arifin” , perlu diingat bahwa kitab yang dimaksud bukanlah “bustanul –arifin yang dikarang oleh An-Nawawi , wallohu’alam

Penulis : Admin
Sumber : 40 Masalah Agama dalam Tulisanku (Ibnu Suni)

Kamis, 16 Oktober 2014

MENGAPA DILaRANG MENCELA SETAN

Dibawah ini merupakan jawabannya, sbb.....
shytanDiriwayatkan dari Abu Malih dari seorang laki-laki, ia berkata, “Ketika aku dibonceng Nabi saw. tiba-tiba unta beliau tergelincir. Serta-merta aku katakan, ‘Celakalah syaitan.’ Lalu beliau bersabda, ‘Jangan kamu katakan, ‘celakalah syaitan,’ sebab jika kamu katakan seperti itu maka syaitan akan membesar sebesar rumah dan berkata, ‘Demi kekuatanku,’ Akan tetapi ucapakanlah ‘Bismillah,’ sebab jika kamu ucapkan lafadz tersebut syaitan akan mengecil hingga sekecil lalat’,” (Shahih, HR Abu Dawud [4982]).

Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a, dari Nabi saw. beliau bersabda, “Janganlah kalian mencela syaitan tetapi berlindunglah kepada Allah dari kejahatannya,” (Silsilah Ahadaits ash-Shahihah [2422]).

Keterangan :
Yang dimaksud dengan "maka syaitan akan membesar sebesar rumah
" ada dua maksud   :
Pertama  jawaban secara ilmiah , sebagaimana kata dalam suatu penjalasan ulama :

وقوله (يغتبط) هي المرادة ؛ لأن المعنى لا تجعلوا الشيطان يفرح ويتعاظم
"Janganlah kalian memebuat syetan itu bergembira(karena sebab cacian itu) dan meresa besar.

Kedua jawaban secara zahir makna hadits tersebut , artinya memang mereka bangsa jin & setan bisa berbentuk kecil dan besar ,karena memang jin atau setan diberi kekuasan untuk merubah berbagai bentuk menurut pendapat yang shahih,sebuah hadits berbunyi seperti ini :

Rasulullah s.a.w. bersabda :
 لَا تَقُلْ تَعِسَ الشَّيْطَانُ فَإِنَّكَ إِذَا قُلْتَ ذَلِكَ تَعَاظَمَ حَتَّى يَكُونَ مِثْلَ الْبَيْتِ وَيَقُولُ بِقُوَّتِي وَلَكِنْ قُلْ بِسْمِ اللَّهِ فَإِنَّكَ إِذَا قُلْتَ ذَلِكَ تَصَاغَرَ حَتَّى يَكُونَ مِثْلَ الذُّبَابِ "Jangan kamu katakan "celaka Syaitan", sebab jika kamu katakan itu badan syaitan akan semakin membesar sehingga sebesar rumah seraya berkata, ‘dengan kekuatanku (aku menggelincirkan dia.’ Tetapi katakanlah, ‘Dengan menyebut nama Allah’ (Bismillah). Bila kamu berkata demikian, maka badan syaitan akan mengecil hingga sekecil lalat." (HR. Ahmad, Abu Dawud, al-Nasai, al-Thabrani, al-Baihaqi, dan al-Hakim. 

Walloh'alam

Penulis : Admin Al-faqir

Minggu, 05 Oktober 2014

MENGAPA KIBASY DIKURBANKAN SEBAGAI SEMBELIHAN

          Guru kami almarhum Kh.Abdul Halim dan beberapa ulama  perna mengatakan yang intinya bahwa :  “Sifat sifat kambing itu sangat mirip sifat negative yang ada pada manusia” saya memberi contoh misalnya kambing itu :
1.Susah diatur
2.Bergerak Maunya sendiri
3.Kata guru saya tidak ada satupun hewan kambing yang biasa terpelajar untuk sirkus seperti halnya binatang yang lain misalnya kucing , gajah , anjing dsb….
4.Suka berstubuh diwaktu yang tidak semestinya atau bahkan Suka selingkuh
5.Dan lain sebagainya



          Kata kata guru saya diatas dikuatkan pula oleh pernyataa Al-Imam gozhali seperti berikut ini :
Imam Ghazali menegaskan bahwa: Penyembelihan hewan qurban adalah sebagai simbol dari penyembelihan atau penghilangan sifat-sifat kebinatangan yang ada pada manusia, seperti sifat rakus, tamak, serakah, dan mau menang sendiri. Dengan berqurban, diharapkan semua manusia dapat membuang sifat-sifat kebinatangan yang dapat mendatangkan musibah dan bencana itu

          Dalam suatu artikel saya menemukan kata kata begini :
“Manusia berwatak kambing adalah manusia tanpa tuntutan, pingin maunya sendiri. Menjadi anak buah, senangnya hanya mendemo; menjelek-jelekkan; dan jika bisa, melengserkan. Tetapi, jika giliran menjadi pemimpin, ujungnya sama saja; korupsi, manipulasi, kolusi, dan berbagai si si si lainnya. Kambing juga sulit dikendalikan. Kalau disuruh jalan sendiri, arahnya tak karuan arah. Ketika dituntun dari depan mereka tak mau jalan alias "nggandoli". Sementara itu, jika dituntun dari belakang, mereka malah belok ke kanan atau kiri. Lebih dari itu, jika melihat betina lain, mereka selalu ingin menjadikannya 'istri'. Begitu pula jika ada makanan, kambing tega menyerang yang lain agar tak kebagian.
           Berikut ini ada kisah yang saya ambil dari salah satu artikel , silahkan dipelajari sebagai berikut :
DUA santri kecil asyik memandangi lima kambing kurban, sumbangan seorang
pejabat. "Hebat ya, kambing itu warnanya hitam semua? Apa nggak sulit ya
mencarinya?" ujar Ahmad kepada Hamid.

      "Ya nggak-lah? Zaman sekarang, gampang nyari-nya; kakekku juga punya,"
jawab Hamid. Menurut dia, kakeknya justru sangat sayang pada kambing yang
berwarna itu.

      "Iiih, ngeri. Kalau saya nggak mau memelihara kambing hitam. Takut
seperti bapakku. Kata ibu, bapakku dulu pernah dipenjara dan dipukuli gara-gara
kambing hitam," ujar Ahmad.

      "Kok bisa?"

      "Masalahnya, Bapakku kan ingin kambing hitam, lalu, habis subuh, kambing
yang putih dibawa ke pasar untuk ditukar dengan yang hitam. Karena jaraknya
jauh, pulang ke rumah malam."

      Besoknya, ujar Ahmad, kambing tetangga hilang. Kebetulan, kambing yang
dari pasar itu bekas punya tetangga. Anak sulungnya yang nakal, menjual kepada
seseorang tanpa sepengetahuan bapaknya. Bapakku dituduh mencuri.

      "Kalau begitu, kita harus cepat-cepat lapor Pak Kiai, jangan-jangan
kambing hitam ini juga curian. Bisa-bisa Pak kiai juga nanti masuk penjara,"
ajak Hamid.

      Mendengar cerita kedua santrinya, Sang Kiai tersenyum. "Nak, kambing
hitam itu artinya dua; memang kambing warnanya hitam atau orang yang
dikorbankan padahal sebenarnya dia tidak bersalah. Seperti bapakmu itu, Ahmad?"

      Keduanya mengangguk. "Tapi kenapa mesti disebut kambing hitam? Kenapa
nggak sapi, monyet atau kecoa?" tanya Ahmad.

      "Karena kambing biasa diternak manusia. Lagi pula, perilaku buruknya,
mirip seperti manusia yang kehilangan akal sehat."

      "Contoh Pak Kiai?" kejar Hamid.

      "Kambing itu sulit dikendalikan. Kalau disuruh jalan sendiri tak keruan
arah, dituntun dari depan tak mau jalan alias nggandoli, sementara dituntun
dari belakang malah belok ke kanan atau kiri."

      "Maksudnya Pak Kiai?" tanya Hamid penasaran.

      "Manusia yang berwatak kambing itu maunya tanpa tuntutan, semaunya
sendiri. Tetapi, kemudian bingung sendiri. Giliran disuruh mengikut seperti
jadi anak buah atau bawahan, kerjanya hanya mendemo, mengkritik,
menjelek-jelekkan, dan kalau bisa melengserkan. Tetapi, giliran disuruh di
depan, misalnya jadi pemimpin, ujung-unjung sama saja; nyeleweng. Ya korupsi,
manipulasi, kolusi, di si, si, si yang lain."

      "Kambing juga kan kalau ngeliat perempuan lain selalu ingin dijadikan
'istri'. Kalau ada makanan tega menyerang yang lain agar tak kebagian. Apa ada
manusia yang juga seperti itu?" tanya Ahmad.

      "Ya pasti ada. Itu makanya pada Iduladha yang mampu disuruh menyembelih
kambing?"

      "Maksudnya Pak Kiai?"

      "Allah sebenarnya bukan menyuruh Nabi Ibrahim menyembelih anaknya,
Ismail. Tetapi, bermaksud mengajari manusia agar membunuh sifat-sifat kambing
atau binatang, yang ada pada dirinya. Makanya saat pedang hampir mengenai leher
Nabi Ismail, Allah menggantinya dengan kambing."

      "Apakah dengan menyembelih kambing kurban berarti sifat-sifat kambing
orang yang berkurban akan hilang?" Ahmad bertanya lagi.

      "Ya tidak otomatis. Apalagi kalau kambing yang dikurbankan untuk orang
lain ternyata dibeli dari uang korupsi atau mencuri. Lalu, mengambing-hitamkan
orang yang diberi sebagai ikut makan uang korupsi atau curian. Itu justru lebih
buruk dari kambing hitam yang dikambing-hitamkan."

        Sebuah hadits menyatakan sebagiai dasar dari semua pernyataan penjelasan diatas sebagai berikut:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: مَا بَعَثَ اللَّهُ نَبِيًّا إِلَّا رَعَى الْغَنَمَ. فَقَالَ أَصْحَابُهُ وَأَنْتَ فَقَالَ: نَعَمْ ,كُنْتُ أَرْعَاهَا عَلَى قَرَارِيطَ لِأَهْلِ مَكَّةَ. (أخرجه البخاري)
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi Wa Salam bersabda, “Tidaklah Allah mengutus seorang nabi pun melainkan dirinya pasti pernah menggembala kambing”. Maka para sahabatnya bertanya: ‘Apakah engkau juga wahai Rasulullah? Beliau menjawab: “Ya, Aku pernah mengembala kambing milik seorang penduduk Mekah dengan upah beberapa qirath”. (HR. Bukhari)

Wallohu’alam

Penyusun : Admin
Sumber : 40 Masalah Agama (40MA) Bagia kedua ,Penulis :Admin

Jumat, 19 September 2014

ANTARA ILMU DAN KARYA

           Hadits hadits seperti yang saya akan cantumkan dibawah ini :

1.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ))مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الجَنَّةِ((. رواه مسلم
Artinya: Dari Abu Hurairah  berkata, Rasulullah  bersabda: “Barangsiapa menempuh satu jalan untuk menuntut ilmu, niscaya Allah mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim)

2.

عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ: ((وَإِنَّ الْمَلاَئِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا رِضًا لِطَالِبِ الْعِلْمِ)). رواه أبو داود والترمذي

Artinya: Dari Abu Darda’  berkata, aku mendengar Rasulullah  bersabda: “Dan sesungguhnya para malaikat meletakkan sayap-sayapnya untuk penuntut ilmu sebagai bentuk keridhoaan mereka terhadap apa yang ia lakukan.” (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi)




3.Rasululloh shallallohu'alaihi wasallam :“Barangsiapa yang keluar untuk menuntut ‘ilmu, maka dia berada di jalan Alloh sampai ia kembali ke tempat tinggalnya.” (HR tirmidzi, hasan).

         Kata “ilmu “ disini tidak menunjukan hirfah yang berarti karya, keterampilan atau kerajinan seperti matapelajaran biologi, fisika dsb.
jika dikatakan “bahwa orang belajar ilmu membuat pesawat atau kue atau yang sepertinya “ terus ia meninggal dunia apakah ia mati syahid?? Seprti sebua 2 hadits yang diatas…. ,jawabnya tentu tidak…
          Jadi yang dimaksud disini adalah ilmu agama ,jika saya katakan “ ada seorang mentut ilmu wudhu atau tajwid ditengah jalan ia meninggal maka orang ini lebih berhak dikatakan sebagai syhaid, sebab Ia sedang menuntut suatu ilmu yang menjadi salah satu syarat menghadap penguasa alam yaitu AllohuRobbul’alaminm tentuu ilmu ini wajib statusnya”

Kesimpulannya:
“Ilmu disini adalah ilmu agama bukan ilmu dunia”

Saran saya :
1.Dahulukan ilmu yang berstatus wajib daripada yang Sunnah apalagi mubah.
2.Tidak dilarang menuntut ilmu dunia selama ia tidak mengabaikan ilmu agama yang wajib baginya.
wallohu’alam

Penulis : Admin

Selasa, 16 September 2014

MEMANCING CINTA

Diantara wanita itu ada yang suka memancing cinta org yang menjadi dambaannya....... sedangkan hasilnya beragam & bermacam2 ada yang dpt kepting , ada yang dpat ular yang , ikan yang segar seperti yang ia harapkan......dsb..... ada juga yang ikan lepuh yang suka menyengat....he he he klo ukhty seringnya dpt apa??.....he he he 

Senin, 15 September 2014

Bismillah.....
Orang2 yang anti mazhab berkata :
"Itu menurut imam syafii ...ko menurut rasulullah sendiri gimana ya??"
Saya menjawab dg 6 pertanyaan :
1.Apakah anda menganggap bahwa imam syafii itu mempunyai Nabi selain muhammad??
2.Apakah anda menganggap bahwa Imam syafii itu berkata berkata sembarangan?? jika iya ? berarti anda itu siapa ?? dan mana bukti2 anda bahwa imam syafii itu berkata sembarangan??

3.apakah kami salah mengikuti pendapat2 Imam syafii terhadap suatu hadits dan kami meninggalkan atau tidak memakai pendapat2 anda & ulama2 anda yang anda unggulkn?? jika ia (dianggap kami bersalah) bararti itu namanya tidak adil.....
Jika ia.... apakah itu adab seorang ulama ikhlash???
4.Apakah pendapat anda & ulama2 anda lebih unggul daripada Imam syafii???
jika ia..... apakah itu juga bukan mazhab?? yang baru??
5.Apakah anda sendiri bertemu dg nabi secara langsung???
jika ia , maka sy persilahkan anda berfatwa yang dg sendirinya anda sndiri sedang membuat mazhab yang baru??
6.Imam syafiii berkata mengenai suatu hadits
anda juga berkata mengenai hadits yang sama tp mempunya perbedaann dg penjelasn imam syafii , andakah yang benar ataukah imam syaafii??
jika imam syaafii yang salah maka siapakah anda sebenarnya ???

Penulis Ahmad Hikam

CINTA ITU SEPERTI CINTA

"kentut itu jika ditahan sakit jika dikeluarkan malu"
bgtulah juga cinta jika ditahan/dipendam sakit jika dinyatain maluu "

Pracoba